Social Icons

Selasa, 11 November 2014

Masjid Pulau Penyengat

Indonesia adalah negara yang kaya akan peninggalan-peninggalan bersejarah dalam berbagai kategori, mulai dari yang bersifat perjuangan, kebudayaan hingga yang bernuansa religius seperti makam dan bangunan masjid. Tentang yang terakhir ini, bangsa kita sangat kaya dengan peninggalan masjid-masjid yang tidak saja penting dan bersejarah, namun juga unik dan menarik. Salah satu masjid kuno bersejarah yang unik adalah Masjid Pulau Penyengat. Dari segi desain bangunan dan warna-warna yang digunakan masjid ini memang menarik, karena bentuk bangunan yang paling mencolok dan menarik perhatian ketika menuju Pulau Penyengat dengan menggunakan Pompong, perahu mesin dari Pulau Pinang adalah bangunan masjid ini.
Tidak heran banyak wisatawan yang berkunjung ke pulau dengan luas  3,5 Kilometer persegi ini memang sekadar mengetahui dan melihat-lihat bangunan bersejarah ini.

Masjid ini, berdasarkan sejumlah sumber dikatakan, mulai dibangun sekitar tahun 1761-1812. Semula masjid ini hanya berupa bangunan kayu dan bangunan menara yang tidak terlalu tinggi. Kemudian pada masa Sultan Raja Abdurrahman, yaitu pada tahun 1831, masjid ini diperluas agar bisa menampung jamaah yang lebih banyak. Untuk merealisasikan rencana tersebut, Sultan melibatkan masyarakat sehingga bangunan masjid ini cepat terselesaikan. Keunikan masjid ini konon terletak pada penggunaan putih telur sebagai cairan perekat bangunan. Penggunaan perekat ini, menurut sejumlah sumber, karena banyaknya putih telur yang dibuang oleh masyarakat, para pekerja, dikarenakan berlimpahnya sumbangan makanan yang ada, termasuk telur. Inilah satu-satunya peninggalan bangunan sejarah Sultan Riau dan Lingga yang masih terawat baik. Di pulau Lingga sendiri, sesungguhnya terdapat masjid bersejarah. Namun, karena jarak tempuh yang cukup jauh, maka masjid di kepulauan tersebut tidak terlampau dikenal sebagaimana masjid Pulau Penyengat.


Hal lain yang menarik untuk dilihat pada masjid ini adalah koleksi mushaf kuno tulisan tangan ulama masa silam. Di masjid ini setidaknya terdapat tiga mushaf kuno tulisan tangan. Satu mushaf dipajang pada etalase masjid, dan dua mushaf lainnya disimpan di lemari penyimpanan karena kondisinya yang sudah sangat rapuh dan relatif hancur. Selain mengunjungi masjid, kita juga bisa mengunjungi makam Raja Riau dan berkeliling pulau Penyengat menggunajan becak-motor dengan tarif 20 ribua-an. Yang berkungjung ke pulau dan masjid ini tidak hanya turus domestik, namun juga luar negri, sepert Singapura dan Malaysia. Dan hingga saat ini, masjid ini terus menjadi magnet bagi wisatawan untuk menginjakan kakinya di Pulau Penyengat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Facebook

https://www.facebook.com/mustofa.acep

Sample Text

Sample Text