Indonesia adalah negara yang kaya akan peninggalan-peninggalan
bersejarah dalam berbagai kategori, mulai dari yang bersifat perjuangan,
kebudayaan hingga yang bernuansa religius seperti makam dan bangunan masjid. Tentang
yang terakhir ini, bangsa kita sangat kaya dengan peninggalan masjid-masjid
yang tidak saja penting dan bersejarah, namun juga unik dan menarik. Salah satu
masjid kuno bersejarah yang unik adalah Masjid Pulau Penyengat. Dari segi desain
bangunan dan warna-warna yang digunakan masjid ini memang menarik, karena bentuk
bangunan yang paling mencolok dan menarik perhatian ketika menuju Pulau
Penyengat dengan menggunakan Pompong, perahu mesin dari Pulau Pinang adalah
bangunan masjid ini.
Tidak heran banyak wisatawan yang berkunjung ke pulau dengan luas 3,5 Kilometer persegi ini memang sekadar mengetahui dan melihat-lihat bangunan bersejarah ini.
Tidak heran banyak wisatawan yang berkunjung ke pulau dengan luas 3,5 Kilometer persegi ini memang sekadar mengetahui dan melihat-lihat bangunan bersejarah ini.
Masjid ini,
berdasarkan sejumlah sumber dikatakan, mulai dibangun sekitar
tahun 1761-1812. Semula masjid ini
hanya berupa bangunan kayu dan bangunan menara yang tidak terlalu tinggi.
Kemudian pada masa Sultan Raja Abdurrahman, yaitu pada tahun 1831, masjid ini
diperluas agar bisa menampung jamaah yang lebih banyak. Untuk merealisasikan
rencana tersebut, Sultan melibatkan masyarakat sehingga bangunan masjid ini
cepat terselesaikan. Keunikan masjid ini konon terletak pada penggunaan putih
telur sebagai cairan perekat bangunan. Penggunaan perekat ini, menurut sejumlah
sumber, karena banyaknya putih telur yang dibuang oleh masyarakat, para pekerja,
dikarenakan berlimpahnya sumbangan makanan yang ada, termasuk telur. Inilah satu-satunya
peninggalan bangunan sejarah Sultan Riau dan Lingga yang masih terawat baik. Di
pulau Lingga sendiri, sesungguhnya terdapat masjid bersejarah. Namun, karena jarak
tempuh yang cukup jauh, maka masjid di kepulauan tersebut tidak terlampau
dikenal sebagaimana masjid Pulau Penyengat.
Hal lain yang menarik untuk dilihat pada masjid ini
adalah koleksi mushaf kuno tulisan tangan ulama masa silam. Di masjid ini
setidaknya terdapat tiga mushaf kuno tulisan tangan. Satu mushaf dipajang pada
etalase masjid, dan dua mushaf lainnya disimpan di lemari penyimpanan karena
kondisinya yang sudah sangat rapuh dan relatif hancur. Selain mengunjungi
masjid, kita juga bisa mengunjungi makam Raja Riau dan berkeliling pulau
Penyengat menggunajan becak-motor dengan tarif 20 ribua-an. Yang berkungjung ke
pulau dan masjid ini tidak hanya turus domestik, namun juga luar negri, sepert
Singapura dan Malaysia. Dan hingga saat ini, masjid ini terus menjadi magnet
bagi wisatawan untuk menginjakan kakinya di Pulau Penyengat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar