Social Icons

Minggu, 21 Desember 2014

Mushaf Kayu Ukuran Besar, Palembang

Kreativitas anak Bangsa ini memang tidak pernah kering. Selalu saja ada muncul ide-ide kreatif dan segar yang dituangkan dalam berbagai bidang dan media, tak terkecauli dalam bidang penulisan mushaf Al-Qur’an. Salah satu wujud kreativitas ini bisa dilhat pada Mushaf Kayu dengan ukuran yang besar di Palembang. Mushaf ini oleh pembuat dan pemrakrasa disebut dengan Mushaf Al-Akbar. Penamaan ini didasarkan pada media tulis kayu yang terbilang besar, berbahan kayu, sementara tulisannya merupakan pahatan-pahatan kayu yang sangat rapi, detil, dan berwana keemasan. Yang tidak kalah unik adalah penyusunan mushaf yang didisplay secara vertical dalam satu bangunan khusus secara bertingkat. Masing-masing tingkat dimaksudkan mewakili masing-masing juz, tingkat pertama adalah juz pertama, tingkat kedua juz kedua, dan seterusnya. Meski, penyusunan ini belum diselesaikan seluruhnya, namun
keunikan dan kemegahan tulisan ini tidak bisa diremehkan, sehingga sangat menarik untuk dikunjungi.

Gagasan Awal Pembuatan Mushaf
Gagasan pembuatan mushaf ukiran kayu dalam ukuran besar ini sebenarnya sudah ada sejak Ramadan tahun 2002. Gagasan ini tercetus ketika penulis, H. Shofwatillah merampungkan pemasangan kaligrafi pintu dan ornament Masjid  Agung Sultan Badaruddin II, Palembang. Dari situlah kemudian tercetus gagasan membuat Al-Qur’an dengan ornament dan ukiran khas Palembang. Pada mulanya penulis menyelesaikan satu keeping lembaran kaligrafi Al-Qur’an, kemudian memperlihatkannya kepada salah seorang tokoh Palembang, H. MArzuki Ali dengan harapan akan banyak pihak yang mendukung gagasan ini. Tepat pada tanggal 1 Muharram 1423 H/15 Maret 2002, atas inisiatif H. Marzuki Alie dan pengurus Masjid Agung Palembang tampak 1 keping Al-Qur’an Al-Akbar (Surah Al-Fatihah) yang terbuat dari kayu tembesu berukuran 177 cm x 140 cm dengan ketebalan 2,5 cm, dipajang pada acara bazar peringatan tahun baru Islam.
Pemilihan kayu tembesu dalam pembuatan Al-Qur’an bukan hanya menyiarkan agama Islam saja, tetapi juga untuk mempromosikan Kota Palembang. Sebab, kayu jenis ini merupakan kayu asli Kota Palembang yang digabung dengan ukiran khas Palembang juga. Pembuatan mushaf ini dalam proses pembuatan dan pendanaan didukung oleh sejumlah pihak dan tokoh diantaranya adalah (alm) HM. Taufik Kiemas, H. Husni (Walikota Palembang), Menteri Agama, Sayid Aqil al-Munawar, H. Rosihan Arsyad (Gubernur Sumatera Selatan) H. Susilo Bambang Yudhoyono (Menkopolkam), Bupati Muba, H. Alex Noerdin, dan sejumlah tokoh dan pengusaha lainnya.

Proses Pembuatan dan Deskrpsi Mushaf
Proses pembuatan mushaf ini, menurut keterangan yang ada, terbilang rumit sehingga tidak bisa dikerjakan sendirian. Sebelum diukir di atas papan, ayat-ayat Al-Qur’an ini terlebih dahulu ditulis di atas kertas karton, lalu dijiplak ke kertas minyak. Sebelumnya, tulisan ayat Al-Qur’an di atas karton ini dikoreksi oleh tim pentashih, sehingga jika terjadi kesalahan bisa langsung diperbaiki. Dalam menulis kaligrafi ayat Al-Qur’an ini, khat yang digunakan adalah khat naskhi standar tulisan Al-Qur’an yang dijadikan standar penulisan Al-Qur’an di Saudi dan Kementerian Agama RI; untuk tajwid sendiri yang digunakan adalah tajwid standar Kementerian Agama RI.
Mushaf ini kemudian mampu dirampungkan pada tahun 2008. Al-Qur’an ini terdiri dari atas dua cover (sampul). Halaman 1-604 sebanyak 306 lembar terdiri dari juz 1 – 30. Sedangkan halaman 605 – 630 berisi 17 lembar yang di dalamnya berupa hiasan Al-Qur’an, daftar isi, daftar halaman, tajwid, sambutan, mukadimah, pengesahan pentashih, panitia dan daftar donator dan partisipan. Ukurannya tidak main-main, tebeal keseluruhannya termasuk cover mencapai 9 meter.
Setelah selesai, Al-Quran ini pertama kali diletakkan di Masjid Agung Palembang. Sebelum resmi dipublikasikan, pihaknya sengaja memajang seluruh ayat-ayat suci itu di dalam ruang pamer Masjid Agung Palembang selama tiga tahun, guna mendapatkan koreksi dari umat Islam yang datang berkunjung ke masjid. Akhir tahun 2011, Al-Qur’an ini dinilai layak untuk dipublikasikan, hingga kemudian diletakan pada bangunan bertingkat dalam lokasi pondok pesantren IGM Al-Ihsaniah yang besebelahan langsung dengan rumah penggagasnya, H. Shofwatillah. Mushaf ini tepatnya berlokasi di Pondok Pesantren Modern IGM Al Ihsaniyah Gandus Palem­bang di Jalan M Amin Fauzi, Soak Bujang, Gandus.
Selain ditashih atau dikoreksi lang­sung oleh masyarakat, mushaf besar ini juga dibaca, dikoreksi dan ditashih oleh sejumlah ulama di kota Palem­bang, di antara­nya adalah KH. Syazili Mustofa (al-marhum), KH. Kgs. Nawawi Dencik, KH. Abdul Qodir (al-marhum), KH. Hasnuri Royani (al-marhum), KH. Abdul Kudus (al-marhum), KH. Suhami Muhit, KH. Muslim Anshori, dan dibantu dosen IAIN Raden Fatah Drs. Sanusi goloman nasution.
Mushaf ini diresmikan oleh Presiden RI, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah utusan dari 51 Negara Islam sedunia (PUIC) pada tanggal 30 Januari 2012 di hotel Novotel dan halaman Ponpes Modern IGM Al-Ihsaniah Gandus, Palembang. Selain itu mushaf ukiran kayu ini juga mendapat penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai Al-Qur’an Ukiran kayu Pertama dan terbesar di Indonesia dan dunia, dan beberapa kategori lannnya. Hingga saat ini, lokasi mushaf ini menjadi salah satu destinasi kujungan wisata religious masyarakat Kota Palembang, masyarakat luar Kota Palembang, dan bahkan turis dari sejumlah mancanegara. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Facebook

https://www.facebook.com/mustofa.acep

Sample Text

Sample Text