keunikan dan kemegahan tulisan ini tidak bisa diremehkan, sehingga sangat menarik untuk dikunjungi.
Gagasan Awal Pembuatan Mushaf
Gagasan pembuatan mushaf ukiran kayu dalam ukuran besar
ini sebenarnya sudah ada sejak
Ramadan tahun 2002. Gagasan ini tercetus ketika penulis, H. Shofwatillah
merampungkan pemasangan kaligrafi pintu dan ornament Masjid Agung Sultan Badaruddin II, Palembang. Dari
situlah kemudian tercetus gagasan membuat Al-Qur’an dengan ornament dan ukiran
khas Palembang. Pada mulanya penulis menyelesaikan satu keeping lembaran
kaligrafi Al-Qur’an, kemudian memperlihatkannya kepada salah seorang tokoh
Palembang, H. MArzuki Ali dengan harapan akan banyak pihak yang mendukung
gagasan ini. Tepat pada tanggal 1 Muharram 1423 H/15 Maret 2002, atas inisiatif
H. Marzuki Alie dan pengurus Masjid Agung Palembang tampak 1 keping Al-Qur’an
Al-Akbar (Surah Al-Fatihah) yang terbuat dari kayu tembesu berukuran 177 cm x
140 cm dengan ketebalan 2,5 cm, dipajang pada acara bazar peringatan tahun baru
Islam.
Proses Pembuatan dan
Deskrpsi Mushaf
Proses pembuatan mushaf
ini, menurut keterangan yang ada, terbilang rumit sehingga tidak bisa
dikerjakan sendirian. Sebelum diukir di atas papan, ayat-ayat Al-Qur’an ini
terlebih dahulu ditulis di atas kertas karton, lalu dijiplak ke kertas minyak.
Sebelumnya, tulisan ayat Al-Qur’an di atas karton ini dikoreksi oleh tim
pentashih, sehingga jika terjadi kesalahan bisa langsung diperbaiki. Dalam
menulis kaligrafi ayat Al-Qur’an ini, khat yang digunakan adalah khat naskhi
standar tulisan Al-Qur’an yang dijadikan standar penulisan Al-Qur’an di Saudi
dan Kementerian Agama RI; untuk tajwid sendiri yang digunakan adalah tajwid
standar Kementerian Agama RI.
Mushaf ini kemudian mampu
dirampungkan pada tahun 2008. Al-Qur’an ini terdiri dari atas dua cover
(sampul). Halaman 1-604 sebanyak 306 lembar terdiri dari juz 1 – 30. Sedangkan
halaman 605 – 630 berisi 17 lembar yang di dalamnya berupa hiasan Al-Qur’an,
daftar isi, daftar halaman,
tajwid, sambutan, mukadimah, pengesahan pentashih, panitia dan daftar donator
dan partisipan.
Ukurannya tidak main-main, tebeal keseluruhannya termasuk cover mencapai 9
meter.
Setelah selesai, Al-Quran
ini pertama kali diletakkan di Masjid Agung Palembang. Sebelum resmi
dipublikasikan, pihaknya sengaja memajang seluruh ayat-ayat suci itu di dalam
ruang pamer Masjid Agung Palembang selama tiga tahun, guna mendapatkan koreksi
dari umat Islam yang datang berkunjung ke masjid. Akhir tahun 2011, Al-Qur’an
ini dinilai layak untuk dipublikasikan, hingga kemudian diletakan pada bangunan
bertingkat dalam lokasi pondok pesantren IGM Al-Ihsaniah yang besebelahan
langsung dengan rumah penggagasnya, H. Shofwatillah. Mushaf ini tepatnya
berlokasi di Pondok Pesantren Modern IGM Al Ihsaniyah Gandus Palembang di Jalan M Amin Fauzi, Soak
Bujang, Gandus.
Selain ditashih atau
dikoreksi langsung oleh masyarakat, mushaf besar ini juga dibaca, dikoreksi
dan ditashih oleh sejumlah ulama di kota Palembang, di antaranya adalah KH.
Syazili Mustofa (al-marhum), KH. Kgs. Nawawi Dencik, KH. Abdul Qodir (al-marhum),
KH. Hasnuri Royani (al-marhum), KH. Abdul Kudus (al-marhum), KH. Suhami Muhit,
KH. Muslim Anshori, dan dibantu dosen IAIN Raden Fatah Drs. Sanusi goloman
nasution.
Mushaf ini diresmikan oleh
Presiden RI, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah
utusan dari 51 Negara Islam sedunia (PUIC) pada tanggal 30 Januari 2012 di hotel
Novotel dan halaman Ponpes Modern IGM Al-Ihsaniah Gandus, Palembang. Selain itu mushaf ukiran
kayu ini juga mendapat penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai
Al-Qur’an Ukiran kayu Pertama dan terbesar di Indonesia dan dunia, dan beberapa
kategori lannnya. Hingga saat ini, lokasi mushaf ini menjadi salah satu destinasi
kujungan wisata religious masyarakat Kota Palembang, masyarakat luar Kota
Palembang, dan bahkan turis dari sejumlah mancanegara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar